Jumat, 25 Maret 2011

Pagi. .



Pagi. hmm. . . rasa-rasanya sesuatu yang biasa saja kau lewati. tanpa makna, seakan tak perlu menyapa sang fajar. bahkan yang lain melewatkannya begitu saja. Kicau ceria burung pagi, kabut, embun dan biru turqoise sapuan kuas keindahan yang Agung pun terakumulasi dengan percuma dibalik selimut kantukmu nan malas. Seperti itukah pagi? ah, tentunya bukan. tidak demikian. .
Keindahan karya sang pencipta sungguh layak untuk kita nikmati. Beruntunglah engkau yang menikmati secercah harapan pagi ini. Terpujilah mereka yang bekerja pagi ini. Bahagialah para petani yang bergumul dengan lumpur sepagi ini. . 


Malam memanggil-manggil kita untuk segera beristirahat. Melambai-lambai agar kita berhenti. Merangkul kita untuk merebahkan diri. Berujung menjadi seonggok daging yang tak berdaya dibuai mimpi. 
Pagi bukanlah malam, sayang! pagi membawa harapan, cinta, semangat, doa dan puji-pujian untuk semuanya. Membawa kekuatan bagi sang pekerja. Membawa harapan bagi yang ber-asa. Membawa cinta bagi para pemujanya. Memahat inspirasi bagi yang berpuisi. Pagi memanggil kita untuk berkarya! Pagi melambaikan tangannya agar kita bergerak! berjalan! berlari! berkarya! bukan untuk bermimpi. . 
Pasti kau tahu dinda, Tuhan pun bertitah pada kita untuk menikmati pagi. Supaya kita memenuhinya dengan lantunan doa, untaian harapan dan merdu puji-pujian. Hari belum terang benar, Tuhan sudah menyuruhmu melawan malas, menghirup udara pagi. Menikmati dinginnya air membasuh wajahmu nan elok rupawan. Membelai lembut tanganmu, pekat hitam rambutmu sampai ujung kaki yang kelak menjadi surga anak-anakmu. Indahnya cara Tuhan menuntun kita menikmati pagi. . 

Dengan takzim kau membungkuk menghadap Sang Kuasa. Kau tersungkur dalam sujudmu, merasa sungguh kecil dihadapan Yang Maha Tinggi. Terus menyambung bermuara pada lantunan pujian syukurmu pada-Nya, Bisikan harapan untuk hidupmu, Bait-bait cinta untuk kekasihmu. Doa bakti pada orang tuamu. . "Demi Subuh bila ia bernafas. . ". Kata Tuhan. "Demi Fajar," Begitu firman-Nya. . "Demi waktu matahari sepenggalah naik. . " Bukankah Sang Pengasih juga menikmati pagi? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar